Upacara Adat Ceprotan Desa Sekar 2025: Warisan Leluhur yang Tetap Lestari di Tengah Arus Modernisasi

Kabar Jatim News
By -
0
KabarJatimNews.id | Pacitan - Ribuan warga memadati Lapangan Desa Sekar, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, pada Minggu (18/5/2025), untuk menyaksikan prosesi sakral Upacara Adat "CEPROTAN" Ritual Agung Bumi Ki Godek. Tradisi yang telah berlangsung turun-temurun ini kembali digelar dengan semarak, mengangkat legenda pertemuan Dewi Sekartaji dan Ki Godek yang menjadi asal-usul berdirinya Desa Sekar.

Miswandi, Kepala Desa Sekar, menjelaskan bahwa Upacara Ceprotan merupakan simbol rasa syukur dan penghormatan terhadap leluhur. Filosofinya mengakar kuat pada semangat nguri-uri budaya, menjaga warisan tradisi agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.
“Dulu, wilayah ini hanyalah alas belantara. Tidak ada sumber pangan maupun air. Siapa pun yang masuk, bisa celaka. Namun, setelah kedatangan Ki Godek dan Dewi Sekartaji, muncul sumber air, dan kehidupan mulai tumbuh,” ujar Miswandi.

Dalam legenda masyarakat, Dewi Sekartaji, putri dari Kerajaan Kediri, dalam perjalanannya mencari kekasihnya Panji Asmorobangun, tiba di wilayah tersebut dan bertemu Ki Godek, yang dipercaya keturunan Majapahit dari arah selatan (Desa Kalak). Dalam kisah itu, mereka meminum air kelapa bersama, yang kemudian membuat tanah menjadi subur dan air mengalir—di lokasi yang kini dikenal sebagai tanah bengkok kepala desa.

“Lambang kemakmuran dari kisah itu digambarkan dengan ayam, yang memiliki makna filosofis tentang keluarga, ketangguhan, dan sumber daya masyarakat,” lanjut Miswandi.

Upacara Ceprotan tahun ini diisi beragam kegiatan seni dan budaya yang berlangsung selama beberapa hari, mulai dari festival hadroh, pentas budaya anak, kirab benda pusaka, hingga sendratari Babat Alas Sekar. Prosesi puncak ditandai dengan ritual Ceprotan, yang menjadi daya tarik utama masyarakat dari berbagai wilayah.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh jajaran Forkompimda Pacitan, para tamu kehormatan, dan tokoh adat. Antusiasme warga terlihat dari partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk pelajar, sanggar seni, hingga tokoh agama dan pemuda desa.

Miswandi berharap agar tradisi ini tetap dijaga dan diwariskan kepada generasi muda.

“Ini bukan sekadar hiburan. Ceprotan adalah identitas kita. Di tengah perkembangan zaman, kita wajib menjaga budaya ini agar tak hilang ditelan masa,” pungkasnya.

Upacara Adat Ceprotan Desa Sekar bukan hanya pesta rakyat, melainkan simbol kearifan lokal dan kekuatan budaya yang tetap hidup dan relevan hingga kini. (BBG/RED)
Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)